Minggu, 21 April 2013

Anak Gajah, Kura-Kura, dan Semut

Di Suatu pagi, di tengah hutan yang hijau dan lebat, seekor anak gajah menangis tak henti-hentinya. “hu hu hu….. hu hu hu….,” suara tangis si anak gajah.
Kura-kura yg kebetulan melewati tempat itu mendengar tangisan si anak gajah. Si kura-kura itu pun menghampiri anak gajah tersebut. “Hai anak gajah, mengapa kau terlihat sedih…?” tanya si kura-kura.
Anak gajah yang menangis itu pun menoleh pada kura-kura. “Hu hu hu…. Kura-kura… aku sangat mengantuuuk… Sudah 2 hari aku tidak tidur,” jawab si anak gajah.
“Mengantuk? Ya tidur saja…,” jawab kura-kura.
“Hu hu hu… tidak bisa, kura-kura. Mataku tidak bisa terpejam….,”  kata si anak gajah.
“Hah? Tidak bisa terpejam? Kenapa?” tanya si kura-kura, heran.
“Hu hu hu…. Di mataku ini ada kotorannya. Kalau mataku dipejamkan, sakiit... sekali,” kata si anak gajah.
“Oh… begitu. Mengapa kotoran itu bisa masuk ke matamu?” tanya si kura-kura lagi.
“Kemarin, saat aku bermain di kolam lumpur, ada lumpur dan pasir yang masuk ke mataku…,” jawab si anak gajah.
Si kura-kura diam, berpikir mencari cara untuk membantu si anak gajah. Beberapa saat kemudian, wajah kura-kura pun terlihat senang, ia mendapatkan ide.
“Aku tahu. Semprot saja matamu dengan air. Minta bantuan ibumu untuk menyemprotnya,” kata si kura-kura.
“Hu hu hu… sudah…. Kemarin ibuku sudah menyemprot mataku dengan air, tapi kotoran di mataku belum keluar juga. Ibuku sampai kelelahan menyemprot mataku,” kata si anak gajah.
Kura-kura pun terdiam. Dia berpikir mencari cara lain untuk membantu si anak gajah.
“Ah, aku tahu. Kita minta bantuan saja pada burung kenari, dia kan pintar mematuk biji-bijian yang kecil. Dia pasti bisa mengambil kotoran matamu,” kata si kura-kura.
“Hu hu hu… benarkah?” tanya si anak gajah.
“Ya dicoba saja,” kata si kura-kura.
“Hu hu hu… baiklah,  tapi kamu mau temani aku ke sarang burung kenari, kan? Aku tidak tahu di mana sarang burung kenari,” kata anak gajah.
“Tentu anak gajah, dengan senang hati aku akan mengantarmu sekarang juga,” kata kura-kura sambil tersenyum.
“Terima kasih kura-kura, aku akan menaikkan kamu ke punggungku,” kata anak gajah sambil menjulurkan belalainya ke arah kura-kura. Kura-kura pun diangkat ke punggung gajah. Dan mereka segera berangkat menuju sarang burung kenari di atas bukit.

Saat tengah hari, Anak gajah dan kura-kura sampai di bukit tempat sarang burung kenari.
“Selamat siang, burung kenari…,” kata kura-kura.
“Selamat siang kura-kura dan anak gajah. Tidak biasanya aku kedatangan tamu besar. Ada apakah gerangan hingga kalian bersusah-payah sampai ke sini?” tanya burung kenari.
“Hu hu hu… tuan kenari, sudilah kiranya tuan menolong aku, huhuhu…,” kata gajah meminta belas kasihan.
“Hai anak gajah, kau terlihat sedih sekali. Matamu itu terlihat merah. Apa yang bisa kubantu wahai anak gajah?” kata burung kenari, kasihan melihat anak gajah.
“ Mataku kemasukan kotoran-kotoran kecil, keluarkanlah kotoran ini dari mataku, Tuan Kenari. Aku sudah berusaha mengeluarkannya, tapi belum juga berhasil, hu hu hu…,” kata si anak gajah.
“Aku bisa mengambil kotoran itu, anak gajah, tapi… aku takut,” kata burung kenari.
“Apa yang kau takutkan…?” tanya kura-kura penasaran.
“Saat aku mengambil kotoran itu, paruhku akan menyentuh dan mematuk matanya. Aku takut mata anak gajah akan terluka karena paruhku yang tajam,” kata burung kenari menjelaskan.
“Ya ya, benar burung kenari, kasihan juga kalau kotorannya hilang, tapi mata anak gajah malah jadi terluka,” kata kura-kura.
“Hu hu hu…, jadi mataku belum bisa disembuhkan, aduuuh…,” kata si gajah sedih.
“Tenanglah anak gajah, segala masalah pasti bisa diselesaikan. Sebaiknya kalian pergi meminta pendapat dari singa sang raja hutan. Raja kita itu pengetahuannya luas, dia tentu bisa menyelesaikan masalah ini,” kata burung kenari.
“Bagaimana kura-kura, apakah kau masih mau menemaniku ke tempat raja hutan? Aku takut kalau ke sana sendiri…,” kata anak gajah.
“Jangan kuatir anak gajah, aku akan menemanimu sampai kotoran di matamu hilang,” kata kura-kura sambil tersenyum.
“Kau memang teman yang baik, kura-kura. Ayo kita ke tempat raja hutan sekarang,” kata anak gajah.
Kura-Kura dan anak gajah segera berpamitan pada burung kenari. Mereka pun pergi menuju ke gua besar di tengah hutan tempat singa sang raja hutan berada.

Hari sudah sore ketika kura-kura dan anak gajah sampai di gua tempat sang raja hutan berada.
“Salam hormat dari kami wahai raja hutan yang bijaksana…,” kata kura-kura kepada singa.
“Hauummm… silakan masuk kura-kura dan anak gajah. Ayo, jangan sungkan-sungkan. Aku senang ada yang mengunjungiku di sini,” kata singa.
Kura-kura dan anak gajah pun masuk ke dalam gua dan mendekati sang raja hutan.
“Begini raja hutan, anak gajah ini menderita tak bisa tidur beberapa hari karena ada pasir di matanya yang sampai saat ini belum bisa dikeluarkan. Kami ingin meminta pendapat raja tentang masalah ini,” kata kura-kura menjelaskan maksud kedatangannya.
“Hmm… kasihan, pantas matamu terlihat merah, anak gajah. Aku tahu untuk menyelesaikan masalah ini tidak boleh sembarangan, harus hati-hati agar mata anak gajah tidak terluka dan makin parah,” kata singa.
“Betul raja, oleh sebab itu kami perlu minta nasehat dari raja untuk menyelesaikan masalah ini karena raja terkenal pintar dan bijaksana,” kata anak gajah.
Maaf anak gajah, aku belum bisa membantu. Andaikan penasehatku ada di sini, pasti masalah ini segera terselesaikan,” kata singa.
“Siapakah penasehat yang raja maksud?” tanya kura-kura.
“Dia adalah si kera putih,  dia sering membantuku menyelesaikan permasalahan yang sulit. Dia pintar dan bijaksana,” kata singa.
“Di manakah kami bisa menemui si kera putih?”
“Dia ada di lembah hijau,” kata singa.
“Baiklah, kalau begitu kami akan segera ke sana,” kata kura-kura.      
“Tapi hari sudah malam kura-kura. Kita akan susah melihat jalan,” kata anak  gajah.
“Jangan kuatir, aku akan memanggil kunang-kunang untuk menemani dan menerangi jalan kalian,” kata singa. Dia pun segera memanggil kunang-kunang dan kunang-kunang pun segera berdatangan.
Kura-kura, anak gajah, dan kunang-kunang segera berangkat menuju lembah hijau yang jaraknya cukup jauh. Anak gajah dan kura-kura merasa lelah dan lapar tetapi mereka tetap semangat menuju lembah hijau agar kotoran di mata anak gajah dapat segera dihilangkan.

Setelah tengah malam, anak gajah, kura-kura, dan kunang-kunang pun sampai di lembah hijau. Dari atas pohon tiba-tiba meluncur sesosok bayangan. Kura-kura dan anak gajah terkejut. Ternyata, itu kera putih.

“Anak gajah dan kura-kura, tugas kami mengantarkan kalian ke tempat kera putih telah selesai, kami mohon diri,” kata kunang-kunang.
“Terima kasih banyak kunang-kunang,” kata anak gajah dan kura-kura. Kunang-kunang pun meninggalkan mereka. Anak gajah sudah sangat lemas, dia pun terduduk. Matanya terus mengeluarkan air mata.
“Selamat malam paman kera putih, maaf kami mengganggu istirahatmu,” kata kura-kura pada kera putih.
“Semalat malam kura-kura dan anak gajah. Aku sudah tahu maksud kedatangan kalian. Tadi burung celepuk sudah memberitahuku, dia diutus oleh sang raja hutan,” kata kera putih. “Ini, aku sudah menyediakan buah-buahan, makanlah dahulu. Kalian pasti sangat lelah dan lapar karena sudah seharian berjalan,” kata kera putih sambil memberikan buah-buahan yang cukup banyak kepada anak gajah dan kura-kura.
“Terima kasih paman kera putih,” kata anak gajah dan kura-kura. Mereka kemudian makan dengan lahapnya.
“Nah, kalian sudah kenyang, sekarang saatnya kalian tidur untuk mengistirahatkan tubuh kalian yang lelah,” kata kera putih sambil tersenyum.
“Tapi aku tidak bisa tidur, mataku sakit tidak bisa dipejamkan,” kata anak gajah.
“Tenang, aku telah menyiapkan ramuan khusus untuk menghilangkan rasa sakit di matamu agar kamu bisa tidur. Ini, minumlah..., ” kata kera putih sambil menyerahkan sekantung cairan ramuan pada anak gajah. Anak gajah segera meminumnya. Tidak lama kemudian anak gajah pun tertidur. Kura-kura pun ikut tertidur.
Esok paginya, anak gajah terbangun dengan badan segar, dia tampak lebih ceria.
“Alhamdulillah, kau tampak segar bugar anak gajah, tidak seperti kemarin loyo,” kata kura-kura. Kemudian, datang si kera putih mendekati mereka.
“Syukurlah kalian sudah bangun dengan segar,” kata si kera putih.
“Ya paman kera putih, terima kasih. Mmm... lalu bagaimana dengan mataku ini? Bagaimana cara menghilangkan kotoran di mataku...?” kata anak gajah.
“ Ya anak gajah, aku telah memikirkannya baik-baik tadi malam. Cara yang terbaik adalah dengan meminta pertolongan para semut,” kata kera putih.
“Semut...?” tanya gajah. “Apakah tidak ada binatang lain yang bisa membantuku selain semut? Kalau bisa jangan semut ya paman.”
“Semut binatang terbaik untuk membantu menghilangkan kotoran di matamu. Memangnya kenapa dengan semut?” tanya kera putih.
“Semut adalah musuh kami para gajah,” kata anak gajah.
“Mengapa semut dan gajah bisa bermusuhan?” tanya kura-kura.
“Saat kami para gajah berjalan kami menginjak-injak semut. Padahal kami juga tidak sengaja. Tapi semut-semut itu kemudian marah dan menganggap kami  sebagai musuhnya. Akhirnya kami para gajah pun juga menganggap mereka sebagai musuh,” kata anak gajah.
“hmm... begitu ya. Kalau demikian inilah saat yang tepat untuk berdamai dengan semut ,” kata kera putih.
“Berdamai? Lalu apa hubungan kesembuhan mataku dengan perdamaian kami?” kata anak gajah bingung.
“Begini anak gajah. Nanti kamu pergi ke sarang semut dan meminta tolong kepada mereka untuk menghilangkan kotoran di matamu. Dan, kamu harus meminta maaf dan berjanji atas nama para gajah, setelah kotoran di matamu hilang, gajah-gajah tidak menginjak semut lagi saat berjalan,” kata kera putih.
“Apakah semut akan mau berdamai dengan kami?” kata gajah ragu.
“Setahuku semut binatang yang baik, mereka suka menolong. Aku yakin, kalau kamu datang kepada mereka dengan baik-baik, semut akan mau berdamai dan menolongmu,” kata kera putih.
“Baiklah. Terimakasih banyak paman kera putih atas bantuanmu. Aku akan pergi ke sarang semut sekarang juga,” kata anak gajah. “Kura-kura, aku memintamu untuk menemaniku yang terakhir kali, menemaniku ke sarang semut,” kata anak gajah.
“Aku selalu siap menemani dan membantumu anak gajah,” kata kura-kura sambil tersenyum.
“Terima kasih kura-kura, kau memang temanku yang setia. Paman kera putih, kami mohon pamit,” kata anak gajah.
“Ya, selamat jalan anak gajah dan kura-kura, hati-hati di jalan,” kata kera putih.

Gajah dan kura-kura kemudian menuju sarang semut di tepi danau, untuk
mencapainya mereka harus melewati sebuah bukit. Akhirnya mereka pun sampai di sarang semut.
Rupanya kedatangan mereka telah diketahui para semut. Mereka mendengar suara langkah kaki anak gajah yang berat. Merekapun telah berkumpul untuk mengepung dan menyerang anak gajah.
“Selamat pagi semut-semut...,” kata anak gajah kepada para semut.
“Beraninya kau datang ke tempat kami anak gajah? Kalau mau berperang dengan kami, kami siap!” kata pemimpin semut. Pemimpin semut segera memberikan perintah kepada pasukannya untuk menyerang anak gajah. Para semut segera bergerak menyerbu anak gajah.
Melihat hal tersebut kura-kura yang ada di atas gajah pun berteriak, “Tunggu.... tahaaaan!!! Kami bukan ingin memerangi kalian...!!!”
Semut-semut yang mendengar teriakan kura-kura segera menghentikan serangannya. Semut-semut menghormati kura-kura karena suka menolong semut-semut yang tercebur ke air. Pemimpin semut berkata, “Oh, rupanya ada engkau tuan kura-kura. Mohon maaf kami tidak melihatmu. Lalu, apa maksud kalian datang kemari?”
“Kami ingin minta tolong pada kalian,” kata kura-kura. 
“Apa yang bisa kami tolong, Tuan Kura-Kura?” kata pemimpin semut.
“Anak gajah ini sudah 3 hari matanya sakit karena kemasukan kotoran. Dan, menurut paman kera putih, kalian lah yang bisa menolongnya,” kata kura-kura.
“Tidak bisa, kami tidak mau membantu musuh kami. Para gajah itu jahat, mereka sering menginjak-injak kami saat mereka berjalan,” kata pemimpin semut.
“Tenang semut-semut. Jika kalian menolongnya, para gajah tidak akan menginjak-injak kalian lagi saat mereka berjalan melewati kalian,” kata kura-kura.
“Benarkah hai anak gajah?” tanya pemimpin semut pada anak gajah.
“Benar. Aku atas nama para gajah mohon maaf karena telah menginjak-injak kalian saat berjalan. Kalau kalian membantu menghilangkan kotoran dari mataku, kami para gajah berjanji tidak akan menginjak-injak kalian lagi saat berjalan,” kata anak gajah.
“Apakah gajah-gajah lain akan mengikuti janjimu?” tanya pemimpin semut.
“Ya. Karena kami para gajah amat menghormati binatang lain yang pernah menolong kami. Dan, gajah tak suka ingkar janji,” kata anak gajah.
“Baiklah, kalau begitu kami akan menolongmu, anak gajah,” kata pemimpin semut. Kemudian, dia menyuruh delapan ekor semut membersihkan kotoran di mata anak gajah. Tidak berapa lama, kotoran di mata anak gajah berhasil dibersihkan oleh semut-semut itu.
Anak gajah sangat senang karena matanya tidak sakit lagi. Dia lalu berkata pada para semut, “Terimakasih banyak semut-semut, berkat pertolongan kalian, kotoran di mataku sudah tidak ada lagi. Aku akan segera pulang dan mengabarkan hal ini pada gajah-gajah  lainnya agar mereka tahu bahwa kalian telah menolongku,” kata anak gajah.
“Baiklah anak gajah. Kami senang kita akhirnya dapat berteman dan tidak saling menyakiti,” kata pemimpin semut.

Anak gajah dan kura-kura kemudian pergi meninggalkan sarang semut  dan memberitahukan kepada gajah-gajah lainnya tentang pertolongan semut. Akhirnya semua gajah pun menghormati semut dan mereka lebih berhati-hati dalam berjalan agar tidak menginjak semut.

****